Kereta Rapih Dhoho Tempo Doeloe
Kereta Rapih Dhoho dan Kereta Penataran merupakan saudara kembar yang terkena imbas peraturan kebijakan akan adanya kursi dengan tempat duduk yang tertera pada tiket. Peraturan ini dikeluarkan bulan September 2011 kemarin, dan banyak orang yang rata-rata belum mengerti peraturan tersebut, sehingga ketika mereka tahu bahwa mereka mempunyai tiket yang bertuliskan berdiri_tanpa_tempat_duduk mereka harus legawa untuk berdiri.
Kebijakan tiket dengan no kursi tempat duduk merupakan salah satu dari kebijakan Direksi PTKA No.CP/104 tentang kapasitas maksimum penumpang, sehingga solusinya bagi kereta ekonomi juga diberlakukan no tempat duduk.
Kebijakan tiket dengan no kursi tempat duduk merupakan salah satu dari kebijakan Direksi PTKA No.CP/104 tentang kapasitas maksimum penumpang, sehingga solusinya bagi kereta ekonomi juga diberlakukan no tempat duduk.
Kereta Rapih Dhoho Yang Ganti Kepala Loko Di Stasiun Kertosono
Posting ini saya tulis sebagai salah satu penumpang setia kereta api rapih dhoho dan kereta penataran. Sebelum naik angkutan lain seperti sepeda motor, bus atau travel, saya lebih mengedepankan melihat jadwal kereta sebelum melakukan rencana perjalanan, apalagi kalau bareng temen-temen pasti seru.
Kereta Rapih Dhoho dan Kereta Penataran sebenarnya kereta yang berbeda tetapi mereka melewati rute railway yang sama. Bila Kereta Rapih Dhoho, Start dari BLTR Blitar sampai ke SBY Surabaya kota (stasiun Semut), melewati Stasiun Kertosono untuk ganti kepala loko dari gerbong belakang ke gerbong depan. Sedangkan Kereta Penataran, Start dari MLNG Malang kota lama sampai ke SBY Surabaya juga, tapi saat sampai di Stasiun Blitar kereta ini akan berganti nama menjadi Kereta Rapih Dhoho.
Kereta Rapih Dhoho dan Kereta Penataran sebenarnya kereta yang berbeda tetapi mereka melewati rute railway yang sama. Bila Kereta Rapih Dhoho, Start dari BLTR Blitar sampai ke SBY Surabaya kota (stasiun Semut), melewati Stasiun Kertosono untuk ganti kepala loko dari gerbong belakang ke gerbong depan. Sedangkan Kereta Penataran, Start dari MLNG Malang kota lama sampai ke SBY Surabaya juga, tapi saat sampai di Stasiun Blitar kereta ini akan berganti nama menjadi Kereta Rapih Dhoho.
Nah, apa yang sebenarnya menjadi pro kontra dengan pemberlakuan Peraturan Tiket Dengan No Kursi Tempat Duduk, dan adanya kouta dalam satu gerbang 125 penumpang yang normalnya bila duduk semua untuk 106 penumpang.
Yang menjadi keberatan, dan saran dan kritik untuk PT. KAI, kalau bapak/ibu/saudara/paman/kakek/ kakak anda kerja di PT.KAI harap disampaikan :- Kenapa untuk Rapih Dhoho dan Penataran tiketnya hanya bisa dibeli pada hari H keberangkatan ? tidak 3 hari atau seminggu lebih awal. Pembelian tiket lebih awal di Indomaret hanya berlaku untuk ekonomi jarak jauh, dan kereta daerah Jabotabek. Rapih Dhoho belum bisa dibeli di Indomaret.
- Untuk Jurusan Surabaya - Malang ataupun Surabaya - Blitar terutama tidak ada kereta bisnis atau express. Jadi penumpang hanya punya pilihan naik kereta Rapih Dhoho dan Kereta Penataran, kalau ada yang ngomong naik Gajayana Ekesekutif, ketimbang gitu naik bus saja. Padahal Jurusan ini sangat banyak penumpangnya saat mendekati weekend dan selalu sold out habis, harusnya PT. KAI bisa mengantisipasi hal tersebut, yang harusnya menjadi peluang untuk PT.KAI mengambil profit.
- Harusnya dan harusnya rangkaian gerbong kereta api Rapih Dhoho dan Kereta Penataran harus ditambah, Jumat Sabtu Minggu pasti tiketnya sold out semua, berarti banyak orang yang senang naik kereta api, jangan bilang PT.KAI rugi terus, khan tidak mungkin kalau menambah jadwal kereta api lagi. Jadwal kereta Rapih Dhoho dan Penataran dalam sehari ada 4 -5 jadwal keberangkatan.
- Security di kereta harusnya lebih tegas dengan adanya pengamen dan pengemis yang masuk kereta.
- Banyak aksi kondektur yang menerima suap 1000-3000 dari penumpang yang tidak membeli karcis saat tidak ada petugas pemeriksa tiket dari PT.KAI
- Kalau yang jadwal keberangkatan malam atau yang terakhir, tidak ada securitynya, jadi banyak tukang ngamen dan pengemis dan yang terpenting peraturan tiket dengan no kursi tempat duduk tidak ada artinya. Duduk seenaknya bahkan bagi yang tidak beli tiket tapi beri duit ke kondektur.
- Tidak ada penjagaan pintu peron pada stasiun kecil, sehingga yang tidak beli tiket bisa dengan leluasa masuk kereta.
- Mengenai tiket dengan no kursi tempat duduk, kalau pada stasiun besar, pasti menggunakan tiket yang sudah terprint no urut tempat duduknya, kalau sudah habis kuota karena online ya menunggu jadwal keberangkatan selanjutnya, tidak boleh masuk stasiun. Tapi bagaimana dengan stasiun kecil yang belum ada fasilitas penjualan tiket dengan print mesin dan tidak ada penjagaan, bahkan kenapa dijual tiket lama warna hijau yang pasti tentunya berdiri.
Gambar Tiket Kereta Dengan No Tempat Duduk
Gambar tersebut adalah tiket kereta api Malang Express yang dulunya melayani Surabaya - Malang dan sebaliknya, sekarang Malang Express sudah tidak ada. Pada tiket kereta pasti ada No Gerbong kereta dan No tempat duduk.
Tiket warna hijau di atas dijual pada stasiun-stasiun kecil yang belum memiliki fasilitas print out tiket, terkesan PT.KAI terburu-buru untuk memberlakukan Peraturan Tiket Dengan No Kursi Tempat Duduk.
Kalau saya sih sering melihat ada orang yang menggerutu dan merasa tidak senang dengan peraturan baru ini, biasanya mereka adalah para pedagang yang menggunakan jasa kereta api dan tidak pernah membeli tiket, mereka bayar uang jalan pada kondektur. Ataupun buruh atau pegawai yang setiap sore atau pagi berangkat menggunakkan kereta rapih dhoho dan penataran tanpa membeli tiket. Waktu belum ada peraturan ini, mereka biasanya memblok beberapa tempat duduk agar teman mereka yang menunggu di stasiun berikutnya sudah duduk, lha kok enake. Sudah kadang tidak beli tiket mau memblok tempat duduk orang lain, memangnya keretane MBAHMU !!!
Hal tersebut yang mungkin sering ditemui saat peraturan tentang no kursi tiket ini digulirkan, memang mendisiplinkan penumpang memang sulit, beda teori beda di praktek lapangan :)
Mereka kadang merasa terusir atau pun tidak mau pergi karena banyak alasan, padahal kursi yang mereka duduki adalah hak orang lain yang sudah antri dari pagi untuk mendapatkan no kursi tempat duduk. Sebenarnya kursi tempat duduk boleh kita tempati saat orang yang mempunyai no tiket tempat duduk tersebut sudah turun, maka kita yang mendapat tiket berdiri boleh mendudukinya. Memang kereta ekonomi Rapih Dhoho dan Penataran menjadi kalah-kalahan saat kereta bisnis, ekesekutif bahkan kereta barang pengangkut bensin akan lewat. Maklum kereta 5000an tapi harusnya dengan harga yang terjangkau tersebut jangan dijadikan seperti gratis dan seenaknya. Jadi kalau kita mengerti mendapat tiket berdiri ya harus sadar dengan resikonya untuk berdiri. Makanya belilah tiket lebih pagi. Antri, tertib dan disiplin.
Semoga postingan ini bisa sampai pada pihak yang bersangkutan. Salam
Hal tersebut yang mungkin sering ditemui saat peraturan tentang no kursi tiket ini digulirkan, memang mendisiplinkan penumpang memang sulit, beda teori beda di praktek lapangan :)
Mereka kadang merasa terusir atau pun tidak mau pergi karena banyak alasan, padahal kursi yang mereka duduki adalah hak orang lain yang sudah antri dari pagi untuk mendapatkan no kursi tempat duduk. Sebenarnya kursi tempat duduk boleh kita tempati saat orang yang mempunyai no tiket tempat duduk tersebut sudah turun, maka kita yang mendapat tiket berdiri boleh mendudukinya. Memang kereta ekonomi Rapih Dhoho dan Penataran menjadi kalah-kalahan saat kereta bisnis, ekesekutif bahkan kereta barang pengangkut bensin akan lewat. Maklum kereta 5000an tapi harusnya dengan harga yang terjangkau tersebut jangan dijadikan seperti gratis dan seenaknya. Jadi kalau kita mengerti mendapat tiket berdiri ya harus sadar dengan resikonya untuk berdiri. Makanya belilah tiket lebih pagi. Antri, tertib dan disiplin.
Semoga postingan ini bisa sampai pada pihak yang bersangkutan. Salam
Post a Comment