Pengangguran Kantong Kosong
Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran, yang tak pernah teratasi setiap tahun. Faktor pengangguran bisa beragam macamnya, dan ini tidak boleh diabaikan oleh pemerintah.
Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Walau bukan hal mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama.
Faktor Pengangguran
Berikut ini adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.
Itulah beberapa faktor pengangguran yang banyak terjadi di Indonesia. Yang paling penting adalah menanamkan sikap untuk bisa menciptakan sesuatu, bukan mendapatkan sesuatu dengan cara mencari. Ini penting ditanamkan pada setiap pelajar sejak dini. Ketika lulus nanti mereka siap menciptakan pekerjaan dan bukan hanya mencari / melamar pekerjaan yang belum tentu mereka senangi.
Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Walau bukan hal mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama.
Faktor Pengangguran
Berikut ini adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.
- Pendidikan Rendah. Tak bisa dipungkiri, tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan seseorang untuk sulit mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan pekerjaan sendiri, tetap akan kesusahan karena pola pikir dan pengetahuannya tidak berkembang. Ini bukanlah hal mutlak, tetap ada beberapa orang yang berhasil memiliki pekerjaan walau hanya berpendidikan rendah.
- Kurang Keterampilan. Banyak orang walau hanya lulusan SMP atau SMA, tetap sukses di bidang tertentu karena memiliki suatu keterampilan. Keterampilan yang dimaksud tentu bermacam-macam, mulai dari keahlian di bidang komputer, kerajinan tangan, keterampilan berbisnis/ berdagang, dll.
- Kurang Lapangan Pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta.
- Kurangnya Tingkat EQ Masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan berbicara/ berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi, akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan apapun, dibanding orang yang selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi diri.
- Rasa Malas dan Ketergantungan Diri pada Orang Lain. Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hidup pada orang tua atau pada pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk menjadi pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain. Bila banyak lulusan sekolah seperti itu, tingkat pengangguran tentu akan sangat tinggi.
- Tidak Mau Berwirausaha. Umumnya seseorang yang baru lulus sekolah/ kuliah sangat terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Bila dapat pekerjaan, memang tirdak masalah, tapi bila tidak dapat walau sudah terus mencari, ia bisa jadi pengangguran.
- Bila banyak lulusan sekolah tidak terlalu fokus dalam melamar kerja tapi menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja yang berguna bagi orang lain, pastilah angka pengangguran di Indonesia bisa ditekan bahkan bisa jadi tidak ada lagi yang menganggur.
Itulah beberapa faktor pengangguran yang banyak terjadi di Indonesia. Yang paling penting adalah menanamkan sikap untuk bisa menciptakan sesuatu, bukan mendapatkan sesuatu dengan cara mencari. Ini penting ditanamkan pada setiap pelajar sejak dini. Ketika lulus nanti mereka siap menciptakan pekerjaan dan bukan hanya mencari / melamar pekerjaan yang belum tentu mereka senangi.
pengangguran adalah beban negara, dan secepatnya harus seera diselesaikan
tidak malah mementingkan gedung toilet dpr