Jadi kerasa untuk menulis artikel ini di antara harga-harga yang semakin melambung 
Bagaimana tidak, saya harus irit untuk berbelanja dan tidak harus tertarik dengan harga diskon gede-gedean yang membuat kartu kredit saya gesek saja, tahu-tahunya nanti akhir bulan tagihan sudah membengkak
Apa sih yang membuat harga barang suatu produk itu mahal ?
Saya sebagai konsumen juga merasa sebagai pihak yang juga penasaran dengan harga-harga kebutuhan pokok ataupun produk lainnya yang tidak stabil mengikuti perkembangan pasarlah, produksi menurunlah, pajak naiklah, dolar naiklah, ada banjirlah dan tetek bengeknya.
Tahukah Anda, bahwa harga barang yang Anda beli tidak sama dengan harga pabrik
Wah, kalau begitu kenapa tidak mendingan kita beli aja langsung ke pabriknya L0L
Tidak boleh khan, nanti ndak ada tokok kelontong, alfamart, indomart, carefour, hypermart, dll. Pabrik sebagai produsen (dalam ilmu ekonomi) saya tidak akan membahasnya lebih lanjut .... bla .. bla ... bla ..
Yang paling penting dalam rantai makanan, konsumen adalah rantai terakhir setelah penjual/pengecer/grosir. Dalam artian harga konsumen dan harga penjual apapun pangkatnya itu tidaklah sama, dan harga konsumen pastilah lebih plus plus ditambahkan biaya-biayanya ...
*) Hal tersebut juga sama hukumnya pada produk jasa
Apakah itu ?
Yang paling pokok dari produk barang adalah biaya-biaya
- Biaya Produksi
- Transportasi distribusi
- Gudang penyimpanan
- Pajak
- Perijinan
- Keuntungan penjual
- dll
Baru setelah biaya-biaya di atas, barulah harga nett yang akan diberikan pada kita ...
(lihat-lihat kondisi pasar juga)
Sedangkan dari produk jasa adalah biaya-biaya
- Biaya sewa (karena kita memakai)
- tenaga
- ide
- pajak
- perijinan
- sparepart
- dll
Maka dari itu kita sebagai konsumen harus jeli pada harga yang tercantum dengan kualitas barang yang diberikan. Tidak jarang banyak orang yang mengabaikan kualitas tetapi lebih memilih harganya saja yang murah, atau malah terkena bujuk rayu iklan yang menyesatkan, oleh karena itu kita harus lebih selektif untuk memilih jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan kita, dan Janganlah jadi Konsumen yang Konsumtif
Untuk Pengaduan Atas Ketidakpuasan Suatu PRoduk Barang Maupun Jasa Lapor Aja Kesini
Saya sebagai konsumen juga merasa sebagai pihak yang juga penasaran dengan harga-harga kebutuhan pokok ataupun produk lainnya yang tidak stabil mengikuti perkembangan pasarlah, produksi menurunlah, pajak naiklah, dolar naiklah, ada banjirlah dan tetek bengeknya.
Tahukah Anda, bahwa harga barang yang Anda beli tidak sama dengan harga pabrik
Wah, kalau begitu kenapa tidak mendingan kita beli aja langsung ke pabriknya L0L
Tidak boleh khan, nanti ndak ada tokok kelontong, alfamart, indomart, carefour, hypermart, dll. Pabrik sebagai produsen (dalam ilmu ekonomi) saya tidak akan membahasnya lebih lanjut .... bla .. bla ... bla ..
Yang paling penting dalam rantai makanan, konsumen adalah rantai terakhir setelah penjual/pengecer/grosir. Dalam artian harga konsumen dan harga penjual apapun pangkatnya itu tidaklah sama, dan harga konsumen pastilah lebih plus plus ditambahkan biaya-biayanya ...
*) Hal tersebut juga sama hukumnya pada produk jasa
Apakah itu ?
Yang paling pokok dari produk barang adalah biaya-biaya
- Biaya Produksi
- Transportasi distribusi
- Gudang penyimpanan
- Pajak
- Perijinan
- Keuntungan penjual
- dll
Baru setelah biaya-biaya di atas, barulah harga nett yang akan diberikan pada kita ...
(lihat-lihat kondisi pasar juga)
Sedangkan dari produk jasa adalah biaya-biaya
- Biaya sewa (karena kita memakai)
- tenaga
- ide
- pajak
- perijinan
- sparepart
- dll
Maka dari itu kita sebagai konsumen harus jeli pada harga yang tercantum dengan kualitas barang yang diberikan. Tidak jarang banyak orang yang mengabaikan kualitas tetapi lebih memilih harganya saja yang murah, atau malah terkena bujuk rayu iklan yang menyesatkan, oleh karena itu kita harus lebih selektif untuk memilih jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan kita, dan Janganlah jadi Konsumen yang Konsumtif
Untuk Pengaduan Atas Ketidakpuasan Suatu PRoduk Barang Maupun Jasa Lapor Aja Kesini
Post a Comment