Tiket Habis
Kalau saya bilang "Teori Beda Sama Praktek" kalau dibilang Tiket Kereta Api dijual online dan sistem pembatasan penumpang dengan no tempat duduk. Intinya khan ingin memperbaiki birokrasi PT.KAI dan memperbaiki pelayanan kepada penumpang khan.
Tetapi tahukah Anda dengan sistem pembelian tiket kereta secara online, memperbesar kesempatan calo untuk mendapatkan tiket dengan lebih mudah, terutama paling besar dari pegawai atau orang dalam PT. KAI, dan kenapa cerita tentang calo tiket dari tahun ke tahun selalu ada. Dan tiket tersebut dijual 3 kali lebih mahal dari harga biasa terutama hari yang strategis misalnya, hari jumat, sabtu minggu, hari liburan, dan hari raya lebaran.
Hal tersebut dengan bertentangan dengan penumpang yang berusaha mengikuti alur pembelian tiket dengan benar, mulai dari antri pagi-pagi, sampai menginap tidur di stasiun, berdesak-desakkan dengan pembeli tiket yang lain, tapi malah yang menjengkelkan ada calo dari orang dalam yang leluasa mendapatkan tiket dari pintu belakang.
Hal tersebut dengan bertentangan dengan penumpang yang berusaha mengikuti alur pembelian tiket dengan benar, mulai dari antri pagi-pagi, sampai menginap tidur di stasiun, berdesak-desakkan dengan pembeli tiket yang lain, tapi malah yang menjengkelkan ada calo dari orang dalam yang leluasa mendapatkan tiket dari pintu belakang.
Beli Tiket Kereta Eksekutif
Kalau saya bilang Beli Tiket Kereta Api Online itu bullshit, itu semi online dan tidak transparan.
Kenyataan yang saya temui di lapangan :
- Petugas penjual tiket di beberapa stasiun pada hari sibuk dan sebelum jam keberangkatan sudah melakukan pemesanan tiket dan menge-print tiket tersebut dengan tujuan kereta acak walaupun belum ada yang membeli. Mungkin mereka malas, jadi waktu ada penumpang yang membeli tiket mereka tidak usah mengetik lagi, langsung saja beri tiket yang sudah terprint sebelumnya, harusnya khan waktu penumpang membeli tiket dan membayar baru diproses transaksi pembelian tiket onlinenya. Alhasil pada sistemnya sudah pasti beberapa kuota penumpang sudah terpenuhi lebih dulu. Pada sistem tidak tertera berapa jumlah tiket yang tersisa.
- Kalau dibilang kuota, saya analogikan seperti tiket pada bioskop, sayangnya dalam kereta api kita terkadang tidak bisa memilih tempat duduk yang bersebelahan, yang pernah 21 bioskop pasti tahu saat membeli tiket kita bisa memilih no tempat duduk dan posisi tempat duduk.
- Kenapa pelayanan kereta tidak diganti model mesin saja ?!? jika masih banyak calo penjualan tiket dari pegawai orang dalam PT.KAI. Saran saya jika ingin beli tiket lewat calo, anda datangi toko warung makan di dalam lokasi stasiun atau pedangan koran asongan minta untuk dicarikan tiket, pastilah dapat, apalagi kalau anda punya kenalan orang dalam. Pasti dapat tiket "duduk".
- Pastilah sangat dirugikan orang yang membutuhkan tiket pada waktu yang mendadak, karena dengan sistem online jika anda ingin membeli tiket pada hari itu maka anda sangatlah beruntung jika masih bisa mendapatkan tiket apalagi kalau pada hari sabtu minggu atau pada hari libur.
Ditunggu comment anda.
penumpang minim duit cuma bisa ngikut, kalau ada uang lebih mending naik travel saja mas
Mafia tiket KA akan susah dibasmi apabila aplikasi sistem online masih primitif. Asal tau saja banyak aplikasi sistem onlinenya yang adminya adalah petugas dari stasiun pengelola. Jadi adminya bukan dari kantor pusatdi Bandung sana.
Kalau toh sekarang PT KAI menerapkan aturan bahwa nama tiket harus sesuai nama KTP...itu hanya untuk membasmi praktek calo konvesional/tradisional yaitu calo yang modus operandinya meborong tiket duluan lalu kemudian dijual.
Nah sekarang ini dengan sistem online yg tdk transparan si calo akan menawarkan jasa pemesanan tiket. Dia akan mencatat nama si calon penumpang dulu kemudian lewat pintu belakang tiket akan diprint sesuai nama pemesan.
Nah gimana caranya supaya calo pemesanan tiket banyak order..........pada aplikasi status kursi akan dibuat penuh alias habis.....toh adminnya orang stasiun....